Bab 38
Bab 38 Luna Dalam Bahaya
“Terima kasih Tony, aku harus pulang ke kantor dulu.”
Sambil berkata, Luna pun turun dari ranjang, lalu bersiap untuk keluar
Ketika sampai di depan pintu, lengannya ditarik oleh Tony.
“Badanmu masih bau alkohol, bagaimana bisa kerja? Mandi dulu baru pulang.”
Luna berusaha memberontak, tapi tidak berhasil.
Luna tahu dirinya tidak boleh membuat Tony marah. Kalau tidak, kondisinya akan makin
berbahaya
Luna pun mengangguk dan berkata, “Baik, aku mandi dulu.”
Tony pun tersenyum dan melepaskannya.
Setelah menarik napas dalam–dalam, Luna berusaha menenangkan diri, lalu masuk ke kamar
mandi. From NôvelDrama.Org.
Kamar mandi dipisahkan oleh kaca buram, sehingga pandangan dari luar akan terlihat buram Setelah masuk ke dalam, Luna segera mengunci pintunya
Setelah masuk, Luna segera mencari ponsel di sakunya untuk lapor polisi.
Namun, dia tidak menemukan ponsel di saku celana maupun baju.
“Kamu cari apa? Ini ya?”
Suara Tony tiba–tiba terdengar dari luar kamar mandi.
Dia mengangkat ponsel milik Luna sambil tersenyum bangga.
“Tony, kenapa kamu mengambil ponselku?”
Wajah Luna langsung pucat.
“Tadi, suamimu sempat menelepon beberapa kali. Aku berpikir kalau dia pasti sangat khawatir, jadi aku pun mengangkat teleponnya ”
Tony tersenyum sambil berkata, “Aku bilang kalau aku akan menjagamu dengan baik, dia bahkan berterima kasih kepadaku. Sepertinya dia juga merasa tenang kalau kamu bersamaku.”
Ardika berkata seperti itu?
Luna merasa pusing dan tidak bisa berpikir jernih.
Namun, sekarang Luna tidak punya waktu untuk memikirkan apakah Tony sedang berbohong
15 BONUS
atau tidak.
Ponselnya diambil oleh Tony, jadi Luna juga tidak bisa menghubungi orang lain.
Pada saat ini, Luna hanya bisa terus menunda dan mencari kesempatan untuk kabur.
“Tony, kamu keluar dulu, aku mau mandi,” ucap Luna sambil berpura–pura marah.
“Nggak apa–apa, kamu mandi saja. Lagi pula, bentar lagi kita akan telanjang bulat, kenapa harus malu?” ucap Tony yang tahu kalau Luna sedang menunda.
“Aku juga sudah tahu kalau Ardika dipelihara oleh wanita kaya. Dia bukan hanya mengkhianati cinta kalian, tapi juga melakukan hal yang menjijikkan. Jadi, kamu nggak perlu merasa terbebani
lagi.”
Tony sengaja membuka luka di hati Luna.
Luna yang merasa sedih pun menangis.
“Luna, kalau aku jadi kamu, aku pasti akan menggunakan cara yang sama untuk balas dendam.”
“Ayo, kita mandi bareng.”
Tony datang ke depan pintu, lalu menarik gagang pintu kamar mandi.
Setelah menyadari pintunya tidak bisa terbuka, Tony pun berkata dengan ekspresi masam, “Buka pintunya.”
Luna segera mendorong pintunya dengan wajah pucat.
“Buka pintunya!”
Tony bukan orang sabar. Jadi ketika melihat Luna ingin menundanya, kesabarannya pun makin habis.
Dia langsung menendang pintu kamar mandi.
Pada saat ini, Ardika datang ke Plaza Mariot dengan kecepatan tinggi.
Tony bilang kalau dia akan membawa Luna ke hotel.
Setelah turun dari mobil, Ardika melihat ada beberapa hotel di tempat ini.
Pada saat ini, Jesika menelepon Ardika.
“Lokasi ponsel Nona Luna sudah terlacak, ada di Hotel Mariot.”
Selain itu, ketika wali kota Ridwan mengetahui hal ini, dia segera memerintahkan Kapolda Sigit untuk mengutus petugas dalam jumlah besar.
Ardika mematikan teleponnya.
Setelah menemukan Hotel Mariot, Ardika segera berlari dengan cepat
“Apa yang kamu lakukan? Kamu harus check–in dulu.”
Melihat Ardika berlari masuk dengan wajah ganas, satpam hotel yang terkejut segera
menghalanginya
Ardika langsung menarik kerah baju satpam itu, lalu bertanya dengan nada dingin, “Ada seorang wanita mabuk yang dibawa masuk nggak?”
Sambil memberontak, satpam itu berkata, “Nggak ada. Meskipun ada, kami nggak akan memberitahumu. Siapa kamu? Cepat lepaskan aku! Kalau nggak, hati–hati kamu “
“Bajingan”
Ardika langsung menendangnya ke dinding hingga pingsan
Resepsionis yang bertugas ikut berteriak.
Ardika segera mendekat, lalu menghancurkan meja resepsionis dengan tangannya.
“Berikan data check–in terbaru kepadaku.”
Resepsionis itu segera mengeluarkan data check–in terbaru dengan tangan gemetar.
Ardika tidak menemukan nama Luna atau Tony di data tersebut, tetapi ada satu nama yang
membuatnya terkejut.
Jenny Siombing?
Ardika mengenali nama tersebut.
Jenny membuka kamar di hotel ini.
Kamar 908.
Ardika pun bersiap naik ke atas. Ketika sampai di depan lift, dia melihat seorang wanita berjalan
keluar.
“Ardika, kenapa kamu datang ke sini?”
Jenny terkejut melihat Ardika.
“Kamu datang mencari istrimu, ya? Haha, dia sedang bersama Tony Kamu sudah diselingkuhi.”